GAGAL GINJAL KRONIS
DI SUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA AJARAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Freddy Christian Oktavianus Ismail
05200ID09012
2A
AKADEMI KEPERAWATAN PEMDA GARUT
2010-2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases) terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama. Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit pembuluh darah perifer.
Pada penyakit ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti yang membutuhkan biaya yang mahal. Penyakit ginjal kronik biasanya desertai berbagai komplikasi seperti penyakit kardiovaskuler, penyakit saluran napas, penyakit saluran cerna, kelainan di tulang dan otot serta anemia.
Selama ini, pengelolaan penyakit ginjal kronik lebih mengutamakan diagnosis dan pengobatan terhadap penyakit ginjal spesifik yang merupakan penyebab penyakit ginjal kronik serta dialisis atau transplantasi ginjal jika sudah terjadi gagal ginjal. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa komplikasi penyakit ginjal kronik, tidak bergantung pada etiologi, dapat dicegah atau dihambat jika dilakukan penanganan secara dini. Oleh karena itu, upaya yang harus dilaksanakan adalah diagnosis dini dan pencegahan yang efektif terhadap penyakit ginjal kronik, dan hal ini dimungkinkan karena berbagai faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik dapat dikendalikan.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana batasan dan klasifikasi penyakit ginjal kronik?
2. Bagaimana diagnosa dini terhadap penyakit ginjal kronik?
3. Bagaimana upaya pengelolaan dan pencegahan yang tepat terhadap penyakit ginjal kronik?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui batasan dan klasifikasi penyakit ginjal kronik.
2. Mengetahui diagnosa dini terhadap penyakit ginjal kronik.
3. Mengetahui upaya pengelolaan dan pencegahan yang tepat terhadap penyakit ginjal kronik.
1.4. Manfaat
Penulisan ini diharapkan dapat memberi informasi tentang upaya pengelolaan dan pencegahan penyakit gagal ginjal kronik beserta komplikasinya berdasarkan batasan, klasifikasi, dan diagnosa dini terhadap penyakit gagal ginjal kronik. BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat persisten dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal dalaah penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan ringan, sedang, dan berat. Azotemia adalah peningkatan BUN dan ditegakkan bila konsentrasi ureum plasma meningkat. Uremia adalah sindrom akibat gagal ginjal yang berat. Gagal ginjal terminal adalah ketidakmampuan renal berfungsi dengan adekuat untuk keperluan tubuh (harus dibantu atau transplantasi).
2.2 Etiologi
Umumnya gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal intrinsic difus dan menahun. Tetapi hamper semua nefropati bilateral dan progresif akan berekhir dengan gagal ginjal kronik. Umumnya penyakit diluar ginjal, missal nefropati obstruktif dapat menyebabkan kelainan ginjal intrinsic dan berakhir dengan gagal ginjal kronik.
Glomerulonefritis hipertensi essensial dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari gagal ginjal kronik kira-kira 60%. Gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan penyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15 – 20 %. Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim ginjal progresif dan difus, seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik. Laki-laki lebih sering dari wanita, umur 20 – 40 tahun. Sebagian besar pasien relatif muda dan merupakan calon utama untuk transplantasi ginjal. Glomerulonefritis mungkin berhubungan dengan penyakit-penyakit system (Glomerulonefritis sekunder) seperti Lupus Eritomatosus Sitemik, Poliarthritis Nodosa, Granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis (Glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes melitus (Glomerulosklerosis) tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan amiloidosis sering dijumpai pada pasien-pasien dengan penyakit menahun sperti tuberkolosis, lepra, osteomielitis, dan arthritis rheumatoid, dan myeloma. Penyakit ginjal hipertensif (arteriolar nefrosklerosis) merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik. Insiden hipertensi essensial berat yang berekhir dengan gagal ginjal kronik kurang dari 10 %.
Kira-kira 10 -15% pasien-pasien dengan gagal ginjal kronik disebabkan penyakit ginjal congenital seperti Sindrom Alport, penyakit Fabbry, Sindrom Nefrotik Kongenital, penyakit ginjal polikistik, dan amiloidosis. Pada orang dewasa, gagal ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih dan ginjal (Pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai, kecuali tuberculosis, abses multiple, nekrosis papilla renalis yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.
Seperti diketahui,nefritis interstisial menunjukkan kelainan histopatologi berupa fibrosis dan reaksi inflamasi atau radang dari jaringan interstisial dengan etiologi yang banyak. Kadang dijumpai juga kelainan-kelainan mengenai glomerulus dan pembuluh darah, vaskuler. Nefropati asam urat menempati urutan pertama dari etiolgi nefrotis interstisial.
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala akibat gagal ginjal kronik
Umum | Fatig, malaise, gagal tumbuh, debil |
Kulit | Pucat, mudah lecet, rapuh, leukonikia |
Kepala dan leher | Fetor uremik, lidah kering dan berselaput |
Mata | Fundus hipertensif, mata merah |
Kardiovaskuler | Hipertensi, kelebihan cairan, gagal jantung, perikarditis uremik, penyakit vascular |
Pernapasan | Hiperventilasi asidosis, edema paru, egusi pleura |
Gastrointestinal | Anoreksia, nausea, gastritis, ulkus peptikum, colitis uremik, diare yang disebabkan oleh antibiotic |
Kemih | Nokturia, poliuria, haus, proteinuria, penyakit ginjal yang mendasarinya |
Reproduksi | Penurunan libido, impotensi, amenore, infertilitas, ginekomastia, galaktore |
Saraf | Letargi, malaise, anoreksia, tremor, mengantuk, kebingungan, flap, mioklonus, kejang, koma |
Tulang | Hiperparatiroidisme, defisiensi vitamin D |
Sendi | Gout, pseudogout, kalsifikasi ekstra tulang |
Hematologi | Anemia, defisiensi imun, mudah mengalami perdarahan |
Endokrin | Multipel |
Farmakologi | Obat-obat yang diekskresi oleh ginjal |
2.4 Batasan dan Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik
Pada tahun 2002, National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/DOQI) telah menyusun pedoman praktis penatalaksanaan klinik tentang evaluasi, klasifikasi, dan stratifikasi penyakit ginjal kronik. Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patalogis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60ml/menit/1,73m2, seperti yang terlihat di bawah ini:
a. Batasan Penyakit Ginjal Kronik
1. kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan:
· kelainan patalogik
· petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan
2. Laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m2 selama > 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah, seperti terlihat pada bagian b. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.
Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal
Stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan
Stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan sedang fungsi ginjal
Stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal
Stadium 5 adalah gagal ginjal
b. Laju filtrasi glomerulus dan stadium penyakit ginjal kronik
Stadium Fungsi ginjal Laju filtrasi glomerulus (ml/menit/1,73m2)
Risiko meningkat Normal > 90 (ada faktor risiko)
Stadium 1 Normal/meningkat > 90 (ada kerusakan ginjal, proteinuria)
Stadium 2 Penurunan ringan 60-89
Stadium 3 Penurunan sedang 30-59
Stadium 4 Penurunan berat 15-29
Stadium 5 Gagal ginjal < 15
2.5 Diagnosis Dini Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit ginjal kronik dapat dikategorikan menurut etiologi dan kelainan patalogik seperti terlihat pada tabel 3. untuk memastikan diagnosa tidak jarang diperlukan biopsi ginjal yang sangat jarang menimbulkan komplikasi. Biopsi ginjal hanya dilakukan pada pasien tertentu yang diagnosis pastinya hanya dapat ditegakkan dengan biopsi ginjal yang akan mengubah pengobatan atau prognosis. Pada sebagian besar pasien, diagnosis ditegakkan berdasar pengkajian klinik yang lengkap dengan memperlihatkan faktor etiologi. Klasifikasi diagnosis penyakit ginjal kronik Penyakit Tipe utama contoh :
· Penyakit ginjal diabetik Diabetes tipe 1 dan 2
· Penyakit ginjal non diabetik Penyakit glomeruler (penyakit otoimun, infeksi sistemik, neoplasia)
· Penyakit tubulointerstisial (infeksi saluran kemih, batu, obstruksi, toksisitas obat)
· Penyakit vaskular (penyakit pembuluh darah besar, hipertensi, mikroangiopati)
· Penyakit ginjal transplan Rejeksi kronik, toksisitas obat, penyakit rekuren, glomerulopati transplan
Perjalanan klinik penyakit penyakit ginjal kronik biasanya perlahan dan tidak dirasakan oleh pasien. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada hasil pemeriksaan penunjang, meski anamnesis yang teliti sangat membantu dalam menegakkan diagnosis yang tepat. Nilai laju filtrasi glomerulus merupakan parameter terbaik untuk ukuran fungsi ginjal. Pada semua pasien penyakit ginjal kronik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti yang terlihat di bawah ini.
Pemeriksaan penunjang penyakit ginjal kronik
· Kadar kreatinin serum untuk menghitung laju filtrasi glomerulus
· Rasio protein atau albumin terhadap kreatinin dalam contoh urin pertama pada pagi hari atau sewaktu
· Pemeriksaan sedimen urun atau dipstick untuk melihat adanya sel darah merah dan sel darah putih
· Pemerikasaan pencitraan ginjal, biasanya ultrasonografi
· Kadar elektrolit serum (natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat)
2.6 Pengelolaan dan Pencegahan
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor risiko untuk penurunan fungsi ginjal, dan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular. Pengelolaan meliputi:
a. terapi penyakit ginjal
b. pengobatan penyakit penyerta
c. penghambatan penurunan fungsi ginjal
d. pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
e. pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
f. terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia
Stadium dini penyakit ginjal kronik dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Pengukuran kadar kreatinin serum dilanjutkan dengan penghitungan laju filtrasi glomerulus dapat mengidentifikasi pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Pemeriksaan ekskresi albumin dalam urindapat mengidentifikasi pada sebagian pasien adanya kerusakan ginjal.
Sebagian besar individu dengan stadium dini penyakit ginjal kronik terutama di negara berkembang tidak terdiagnosis. Deteksi dini kerusakan ginjal sangat penting untuk dapat memberikan pengobatan segera, sebelum terjadi kerusakan dan komplikasi lebih lanjut. Pemeriksaan skrinning pada individu asimtomatik yang menyandang faktor risiko dapat membantu deteksi dini penyakit ginjal kronik.
Pemeriksaan skrinning seperti pemeriksaan kadar kreatinin serum dan ekskresi albumin dalam urin dianjurkan untuk individu yang menyandang faktor risiko penyakit ginjal kronik, yaitu pada:
a. pasien dengan diebetes melitus atau hioertensi
b. individu dengan obesitas atau perokok
c. individu berumur lebih dari 50 tahun
d. individu dengan riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga.
Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai dilakukan pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan yang telah terbukti bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskular adalah:
a. pengobatan hipertensi yaitu makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal
b. pengendalian gula darah, lemak darah, dan anemia
c. penghentian merokok
d. peningkatan aktivitas fisik
e. pengendalian berat badan f. obat penghambat sistem renin angiotensin seperti penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) dan penyekat reseptor angiotensin telah terbukti dapat mencegah dan menghambat proteinuria dan penurunan fungsi ginjal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penulisan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyakit ginjal kronik dapat menggambarkan kondisi sistem vaskular sehingga dapat membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini dan komplikasinya.
2. Pemeriksaan penunjang penyakit ginjal kronik penting untuk memastikan diagnosis penyakit ginjal dan derajat penurunan fungsi ginjal, dalam hal ini nilai laju filtrasi glomerulus yang diukur dengan kadar kreatinin serum merupakan parameter terbaik ukuran fungsi ginjal.
3. Dalam melakukan pengelolaan dan pencegahan penyakit ginjal kronik secara cepat dan tepat perlu diperhatikan adanya faktor risiko penyakit ginjal kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Nahas AM. Chronic Kidney Disease: The Global Challenge. Lancet 2005, 365:331-340.
Health Equity- The Bellagio 2004 Declaration. Kidney Int Suppl 2005.
Arif Masjoer 2003 Kapita Selekta Krdokteran Jakarta Media Aesculapius
Oleh : Freddy Christian O I
Tingkat : IIA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar