LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT URETRITIS
A. PENGERTIAN
Adalah peradangan pada uretra. Penyebab kuman gonorrhoe biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal atau nongonoreal. Kadang-kadang uretritis terjadi tanpa adanya bakteri. Uretritis didefinisikan sebagai peradangan akibat infeksi dari uretra. Istilah uretritis untuk Penyakit Menular Seksual (PMS). Uretritis merupakan kondisi peradangan yang dapat menular. Penyebabnya adalah infeksi uretritis yaitu, karena infeksi dengan Neisseria gonorrhoeae atau Ngu (yaitu, karena infeksi dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis,Mycoplasma genitalium, atau Trichomonas vaginalis).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid (bila kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih dalam keadaan penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung) pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen pada potongan melintang tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan.
Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna). Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.
Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan menyebabkan penderita batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.
C. ETIOLOGI
Uretritis disebabkan oleh kuman gonore atau terjadi tanpa adanya bakteri. Sesuai dengan sebutan infeksi itu sendiri yaitu uretritis gonoreal dan nongonoreal.
- Uretritis gonoreal, disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae. Dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi orifisium meatal terjadi disertai rasa terbakarketika urinasi, meskipun demikian penyakit ini dapat asimtomatik. Pada wanita, rabas uretra tidak selalu muncul dan penyalkit juga asimtomatik, oleh karena itu gonore pada wanita tidak didiagnosis/dilaporkan.
- Uretritis nongonoreal, uretritis yang tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia trakomatik atau urea plasma urelytikum. Jika pasien pria adalah simtomatik akan mengeluh adanya disuria tingkat sedang atau parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit atau sedang.
D. PATOFISIOLOGI
Pada kebanyakan kasus organisme penyebab dapat mencapai kandung kemih melalui uretra. Infeksi ini sebagai sistitis, dapat terbatas di kandung kemih saja / dapat merambat ke atas melalui uretra ke ginjal. Organisme juga dapat sampai ke ginjal atau melalui darah / getah bening, tetapi ini jarang terjadi. Tekanan dari kandung kemih menyebabkan saluran kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sampai menyerang mukosa.
E. Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih mengakibakan penimbunan cairan, bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter. Hal ini dapat menyebabkan atrofi hebat pada parenkim ginjal / hidronefrosis. Disamping itu obstruksi yang terjadi di bawah kandung kemih sering disertai refluk vesiko ureter dan infeksi pada ginjal. Penyebab umum obstruksi adalah jaringa parut ginjal dan uretra, batu saluran kemih, neoplasma, hipertrofi prostat, kelainan kongenital pada leher kandung kemih dan uretra serta penyempitan uretra.
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang lazim ditemukan adalah disuria, polakisuria dan terdesak kencing. Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti rasa terbakar di urera luar sewaktu miksi / dapat juga di luar waktu miksi . Gejala lain adalah strunguria pada sistitis akut, teresmus dan nokturia. Keluar cairan seperti susu atau seperti nanah dari penis, menyengat atau terbakar saat buang air kecil, gatal, kesemutan, terbakar atau iritasi di dalam penis.
G. PEMBAGIANURETRITIS
· Uretritis Akut
Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat mengalami infeksi. Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.
Tanda dan gejala :
- Mukosa merah dan edema.
- Terdapat cairan eksudat yang purulent.
- Ada ulserasi pada uretra.
- Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis Go yaitu good morning sign.
- Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok nanah.
- Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita gonorhoe.
Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat mengalami infeksi. Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.
Tanda dan gejala :
- Mukosa merah dan edema.
- Terdapat cairan eksudat yang purulent.
- Ada ulserasi pada uretra.
- Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis Go yaitu good morning sign.
- Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh kelompok nanah.
- Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita gonorhoe.
· Uretritis Kronis
Penyebab
- Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.
- Prostatitis kronis.
- Striktura uretra.
Tanda dan gejala
- Mukosa terlihat granuler dan merah
- Getah uetra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum miksi pertama.
Penyebab
- Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.
- Prostatitis kronis.
- Striktura uretra.
Tanda dan gejala
- Mukosa terlihat granuler dan merah
- Getah uetra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum miksi pertama.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uetra untuk mengetahui kuman penyebab.
Tindakan Pengobatan
a. Pemberian antibiotika
b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie.
Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uetra untuk mengetahui kuman penyebab.
Tindakan Pengobatan
a. Pemberian antibiotika
b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie.
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya Prostatitis, Peri uretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau Fistul uretra.
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya Prostatitis, Peri uretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau Fistul uretra.
J. FOKUS PENGKAJIAN
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
b. Obstruksi pada saluran kemih
c. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
d. Pemasangan kateter foley
e. Imobilisasi dalam waktu yang lama
f. Inkontinensia
g. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.
h. Dorongan
i. Frekuensi
j. Disuria
k. Bau urine yang menyengat
l. Nyeri biasanya pada suprapubik pada isk bawah dan sakit pada panggul pada isk atas (perkusi daerah kostovertebra untuk mengkaji nyeri tekan panggul)
Pemeriksaan diagnostik:
- urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.
- Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebab
- Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada pielonefritis.
- Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.
- Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.
m. Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual. Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilah kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko:
a. Riwayat infeksi saluran kemih sebelumnya
b. Obstruksi pada saluran kemih
c. Adanya faktor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi nosokomial.
d. Pemasangan kateter foley
e. Imobilisasi dalam waktu yang lama
f. Inkontinensia
g. Kaji manifestasi klinik dari infeksi saluran kemih.
h. Dorongan
i. Frekuensi
j. Disuria
k. Bau urine yang menyengat
l. Nyeri biasanya pada suprapubik pada isk bawah dan sakit pada panggul pada isk atas (perkusi daerah kostovertebra untuk mengkaji nyeri tekan panggul)
Pemeriksaan diagnostik:
- urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah dengan keterlibatan ginjal.
- Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebab
- Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada pielonefritis.
- Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.
- Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.
m. Kaji perasaan-perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan pengobatan. Terutama pada wanita sering berfokus pada rasa takut akan kekambuhan, dimana menyebabkan penolakan terhadap aktivitas seksual. Nyeri dan kelelahan yang berkenaan dengan infeksi dapat berpengaruh terhadap penampilah kerja dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
J . DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah
4. Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial
5. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
K . INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur.
Kriteria hasil: Individu akan mengosongkan kandung kemih menggunakan manuver valsavas dengan residu ( dr 50 cc jika diindikasikan mencapai suatu keadaan kekeringan di mana secara pribadi puas).
Intervensi
a. Ajarkan individu menegangkan abdomen dan melakukan manuver valsavas, jika diindikasikan:
c. sandarkan ke depan pada kedua paha
d. kontrasikan otot abdomen dan regangkan / tahan nafas sambil meregangkan (manuver valsavas)
e. Tahan pegangan / nafas sampai aliran urin berhenti, tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin.
f. Lanjutkan sampai tidak ada urin yang keluar. Catat keluaran urin, selidiki penurunan / penghentian aliran urin. Observasi dan catat warna urin. Ukur residu pasca berkemih setelah usaha mengosongkan kandung kemih, jika vol. residu urin lebih besar dari 100 cc, jadwalkan program kateterisasi.
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
Kriteria hasil : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi daerah panggul.
Intervensi
1. Pantu haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih
Ras = untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. Berikan analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya.
Ras = analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri.
3. Berikan antibiotik, buat bervariasi sediaan minum, termasuk air segar di samping tempat tidur dan pemberian air sampai 2400mL/hari.
Ras = akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran perkemihan.
4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses ke kamar mandi, pispot tempat tidur. Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan.
Ras = berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan bakteri.
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah
4. Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial
5. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
K . INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Perubahan pola eliminasi BAK: retensi urine b.d kurang pengetahuan tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekrunder terhadap striktur.
Kriteria hasil: Individu akan mengosongkan kandung kemih menggunakan manuver valsavas dengan residu ( dr 50 cc jika diindikasikan mencapai suatu keadaan kekeringan di mana secara pribadi puas).
Intervensi
a. Ajarkan individu menegangkan abdomen dan melakukan manuver valsavas, jika diindikasikan:
c. sandarkan ke depan pada kedua paha
d. kontrasikan otot abdomen dan regangkan / tahan nafas sambil meregangkan (manuver valsavas)
e. Tahan pegangan / nafas sampai aliran urin berhenti, tunggu satu menit dan regangkan sepanjang mungkin.
f. Lanjutkan sampai tidak ada urin yang keluar. Catat keluaran urin, selidiki penurunan / penghentian aliran urin. Observasi dan catat warna urin. Ukur residu pasca berkemih setelah usaha mengosongkan kandung kemih, jika vol. residu urin lebih besar dari 100 cc, jadwalkan program kateterisasi.
2. Nyeri b.d infeksi saluran perkemihan.
Kriteria hasil : tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi daerah panggul.
Intervensi
1. Pantu haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih
Ras = untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
2. Berikan analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya.
Ras = analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga mengurangi nyeri.
3. Berikan antibiotik, buat bervariasi sediaan minum, termasuk air segar di samping tempat tidur dan pemberian air sampai 2400mL/hari.
Ras = akibat dari peningkatan haluaran urine memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran perkemihan.
4. Jika frekuensi menjadi masalah, jamin akses ke kamar mandi, pispot tempat tidur. Anjurkan pasien untuk berkemih kapan saja ada keinginan.
Ras = berkemih yang sering mengurangi statis urine pada kandung kemih dan menghindari pertumbuhan bakteri.
3. Resti infeksi b.d adanya faktor resiko nosokomial
Kriteria hasil : berkemih dengan urin jernih tanpa ketidaknyamanan, urinalisis dalam batas normal, kultur urin menunjukkan tak ada bakteri.
Intervensi
1. Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal sesegera mungkin.
Ras = untuk mencegah kontaminasi uretra.
2. Jika dipasang kateter berikan perawatan kateter 2 kali per hari ( merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur dan setelah buang air besar).
Ras = kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
3. Ikuti kewaspadaan umum : cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan / kontak dengan cairan tubuh atau darah.
Ras = untuk mencegah kontaminasi silang.
4. Kecuali dikontraindikasikan ubah posisi pasien setiap dua jam dan anjurkan masukan cairan sekurang-kurangnya 2400 mL/hari. Bantu menglakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
Ras = untuk mencegah statis urine.
5. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine:
a. Tingkatkan masukan sari buah berri
b. Berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urine.
Ras = asam urine menghalangi tumbuhnya kuman. Karena jumlah sari buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
4. Resti terhadap ketidakpatuhan b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, pengobatan dan perawatan di rumah.
Kriteria hasil : menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
1. Berikan informasi tentang sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran atau kekambuhan, penjelasan pemberian antibiotik yang meliputi nama, tujuan, dosisi, jadwal dan catat efek sampingnya.
Ras = pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
2. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk tindakan pencegahan.
Ras = Instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan.
3. Instruksikan pasien untuk menggunakan seluruh antibiotik yang diresepkan, minum sebanyak delapan gelas per hari, khususnya air dan sari buah berri, dan segera memberitahu dokter bila diduga ada infeksi.
Ras = Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urine. Lingkungan asam membantu mencegah pertumbuhan bakteri. Deteksi dini memungkinkan pemberian terapi antibiotik sebelum infeksi menyebar.
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan gastrointestinal : uremia, anoreksia, mual muntah.
Kriteria hasil : pasien akan menunjukkan BB stabil / peningkatan mencapai tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi.
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi secara kontinu, selama perawatan setiap hari, perhatikan tingkat energi: kondisi kulit, kuku, rambut, rongga mulut, keinginan untuk makan / anoreksia
Ras = memberikan kesempatan untuk mengobservasi penyimpangan dari normal/ dasar pasien dan mempengaruhi pilihan intervensi.
b. Timbang BB setiap hari dan bandingkan dengan BB saat penerimaan
Ras = membuat data dasar, membantu dalam memantau keefektifan aturan terapeutik, dan menyadarkan perawat terhadap ketidaktepatan kecenderungan dalam penurunan/ penambahan BB.
c. Dokumentasikan masukan oral selama 24 jam, riwayat makanan, jumlah kalori dengan tepat.
Ras = mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual.
DAFTAR PUSTAKA
diFiore, M.S.H., (1981), Atlas of Human Histology, 5th edition, Lea and Febiger,
Philadelphia, USA, pp. 186-194.
Penuntun Praktikum Histologi, Fakultas Kedokteran UI, hal 136-141.
Diposting oleh:
Nama : Syaefull Hidayat
Kelas : 2A
Kelompok : Ita Nurmalitasari
Linda Herlindawati
Yayu Kustini
Santi Sri R
Freddy Christian OI
Agit P
M. Rifan
Syaefull H
Kelompok : Ita Nurmalitasari
Linda Herlindawati
Yayu Kustini
Santi Sri R
Freddy Christian OI
Agit P
M. Rifan
Syaefull H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar